Petrus Herman Mengapa Anakya Selalu Ikut Di Acara : Sebagai Tauladan Landasan Berpikir Soal Wawasan Kebangsaa

Minggu, 30 Juni 2024
{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":[],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"transform":6},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

Jakarta, – (Nawacitalink.com)

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) baru saja sukses menggelar even yang melibatkan ribuan warga khususnya di Ibu Kota Jakarta, melalui Soekarnor Run 5K.

Ajang itu dimulai dan berakhir di Parkir Timur Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (30/6). Salah satu harapan yang ingin dicapai dari ajang tersebut yakni agar rakyat Indonesia terutama pemuda bisa mewarisi semangat juang Soekarno.

Apalagi, menurut PDIP, ajang Soekarno Run 5K didominasi perserta dari kalangan anak muda. Dengan demikian, semangat Proklamator RI Bung Karno bisa diwarisi oleh para peserta run.

Harapan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto. “Sesuai dengan tema Bulan Bung Karno warisi apinya jangan abunya dan api semangat itu berasal dari rakyat karena itulah refleksi kritis atas seluruh ide, pemikiran, perjuangan, gagasan, dan cita-cita Bung Karno di dalam kehidupan demokrasi kita saat ini,” kata Hasto.

Hasto tidak ingin kedaulatan rakyat ditinggalkan. Sebab, kedaulatan rakyat itu diperoleh lewat perjuangan yang panjang. Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI itu juga menyampaikan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memimpin PDI di masa lalu berjuang untuk mempertahankan demokrasi dengan menghadapi rezim Soeharto yang sangat otoriter.

“Karena itulah, dengan mewarisi api perjuangan Bung Karno, spirit kedaulatan rakyat yang bertumpu pada gerakan kaum muda indonesia yang progresif itu yang akan didorong oleh PDI Perjuangan,” kata Hasto.

Ditempat yang sama seusai ikuti acara Petrus Herman Penggiat Demokrasi Asal Kota Tangerang menanggapi pesan serta harapan yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto mengatakan bahwa, menurutnya Warisi Apinya, Jangan Abunya yang menjadi slogan resmi demi meneladani legasi Sukarno sangat penting bagi generasi muda Indonesia saat ini.

Lebih lanjut Petrus Herman yang nampak selalu sertakan anaknya dalam setiap kesempatan acara di yang dilakukan PDIP Menegaskan, apa yang mesti diteladani, dan abu mana yang tak boleh diwarisi? ”

Menjadi alasan mengapa ia selalu ajak anaknya, ia berharap dalam memori masa kanak kanak, akan menjadi ingatan kuat hingga ia dewasa nanti, tentang apa yang menjadi tugasnya kelak, setelah Founding Father semoga bisa menjadi contoh tauladan untuk memegang tongkat estafet kepemimpinan generasi selanjutnya.

Petrus menambahkan Sukarno merupakan salah satu tokoh terkemuka dengan modal lengkap, strategi jitu, dan visi seorang pemimpin, yakni keluasan wawasan dan ketajaman berpikir, keterampilan memengaruhi massa lewat orasi yang memukau, kemampuan menghadirkan karisma diri, semangat egalitarian yang membuatnya sangat dekat dengan golongan mana pun, serta prinsip persatuan dan gotong royong.

Keluasan wawasan Sukarno tampak terang dalam karya-karyanya tulisnya seperti Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme (1926), yang dengan teramat berani mencoba menawarkan sintesis antara pandangan- pandangan dalam ajaran Islam dan filsafat kritis basis gerakan revolusioner di dunia, yang dalam karya itu, Sukarno berupaya memadukan dan ”membumikan” dua -isme besar dunia dengan menambahkan isu kemerdekaan bangsa-bangsa Asia. ”Supaya kaum buruh di negeri-negeri Asia dengan leluasa bisa menjalankan pergerakan yang sosialistis sesungguh-sungguhnya, maka perlu sekali negeri-negeri itu merdeka, perlu sekali kaum itu mempunyai nationale autonomie (otonomi nasional). Ungkap Petrus.

Di usia semuda itu, visi Sukarno bukan hanya dalam konteks Indonesia, melainkan Asia. Tidak hanya piawai mengutip kata kunci dari para filsuf, tokoh, atau teoretisi hukum dan politik, tulisan Indonesia Menggugat (1930). Sekali lagi, penggalan kutipan itu disampaikan Sukarno saat berusia 29 tahun. Sukarno muda tidak hanya menunjukkan keluasan wawasan dan visi, tapi juga nyali untuk menggunakannya sebagai suatu pleidoi sekaligus gugatan tajam kepada pemerintah kolonial saat itu, sekali lagi inilah yang menjadi dasar alasan, mengapa saya selalu sertakan dalam setiap kegiatan agar menjadi tauladan wawasan kebangsaan pungkasnya.

(WH/Red)

banner-panjang

Baca Juga

Berita Terkait

bannernew

Perkembangan Virus Corona

Baca Juga

Berita Terpopuler