Susu Murah Untuk Anak Indonesia

Sabtu, 18 Februari 2023

Jakarta,- (Nawacitalink.com)

Diskusi Media bertajuk “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak dan Peran Media Sosial yang digelar di Jl. Wijaya, Jakarta Selatan (14/02/2023).

Acara tersebut menampilkan Sekjend Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) Yuli Supriati, pengamat sosial Devie Rahmawati, Ketua DPN Repdem Rusmarnie Rusli yang juga (PJ) DPD Repdem Banten dan dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, MsC, S.pA.

Susu merupakan salah satu sumber gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bagi anak-anak, susu memenuhi kebutuhan vitamin D dan kalsium. Konsumsi susu dapat menyehatkan tulang anak dan membantu tumbuh kembang anak.

Indonesia hingga saat ini masih menghadapi ancaman stunting atau kekurangan gizi yang kemudian mengganggu pertumbuhan anak. Anak yang stunting memiliki tubuh yang kerdil dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan tubuh, stunting juga mempengaruhi pertumbuhan otak.

Pada tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih sebesar 27,6 persen. Melihat angka yang masih cukup besar tersebut, pemerintah menargetkan pada tahun 2024 angka stunting bisa turun menjadi 14 persen.

Tingkat konsumsi susu di Indonesia

Meskipun susu memiliki banyak manfaat, ternyata jumlah konsumsi susu di Indonesia masih terbilang rendah, setidaknya jika dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) 2021, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia tahun 2020 adalah 16,27 kg/kapita/tahun, meningkat 0,25 persen dari tahun 2019.

“Negara harus menyediakan susu yang murah untuk rakyatnya, agar pada saat tahun 2045 Indonesia sudah siap sebagai penentu masa depan Indonesia di usia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya. 
Masyarakat Indonesia masih sering salah kaprah bahwa minuman yang berwarna putih adalah susu.” Ujar Rusmarnie Rusli, Ketua DPN-REPDEM Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak meluruskan salah kaprah mengenai susu yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, seperti susu kedelai atau soya. Susu itu cairan putih yang diproduksi kelenjar mamalia.

Harga susu yang masih tinggi dianggap barang mewah membuat masyarakat kebanyakan membeli kental manis untuk balita bahkan bayinya karena berbagai alasan, salah satunya faktor ekonomi. Padahal kental manis sendiri sebenarnya peruntukannya adalah sebagai topping, dan berbahaya dikonsumsi secara berlebihan karena kandungan gulanya yang banyak.

Sekjend KOPMAS, Yuli Supriati, memaparkan hasil temuan timnya di lapangan seputar konsumsi kental manis sebagai susu pengganti untuk anak.

“Kami menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya. Hal ini sangat kami sayangkan, dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat,” Jelas Yuli.

dr Agnes Tri Harjaningrum, Sp. A Ahli Gizi menjelaskan, rendahnya literasi di masyarakat memicu dampak jangka pendek dan panjang bagi kesehatan anak. Masalah tersebut bisa mengganggu kesehatan anak, baik dari segi pemenuhan gizi sampai pertumbuhannya.

Jangka pendek bisa membuat anak obesitas. Sementara jangka panjang bisa menyebabkan stunting pada anak, juga penyakit lain,” ujar dr. Agnes.

(WH/Red)

banner-panjang

Baca Juga

Berita Terkait