Prof.Connie Rahakundini Bakrie Guru Besar Universitas St.Petersburg Tantang Dunia Sanksi Israel

Senin, 7 Oktober 2024
{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":[],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"transform":2},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

Jakarta, – (Nawacitalink.com)

Setelah menyerang wilayah Palestina, Israel memperluas
serangannya ke wilayah Timur Tengah lainnya, seperti Lebanon dan juga sebagian Suriah. Akibatnya, muncul berbagai reaksi yang meminta Israel untuk
menghentikan serangan demi alasan
kemanusiaan. “Meski demikian,
berbagai seruan itu seolah tidak digubris oleh Israel. Kalau
memang dunia internasional mengecam Israel, berikan saja mereka sanksi seperti Rusia,”
kata Guru Besar Ilmu Hubungan
Internasional Universitas St. Petersburg, Connie RahakundiniBakrie dalam siniar Akbar Faisal Uncensored, Minggu (06/10/2024).

Menurutnya, bila memang Israel sudah kelewatan. Maka negara itu bisa dikekang lewat penetapan sanksi seperti yang diberikan kepada negara Barat kepada Rusia ketika negeri beruang merah itu
dianggap menginvasi Ukraina.

“Asal tahu saja, Rusia adalah negara dengan sanksi internasional
terbanyak. Diikuti oleh Iran, Suriah, Korea Utara, Myanmar, Kuba, dan Venezuela,” ujar
akademisi Indonesia yang juga berkiprah di Rusia itu. Seperti halnya Rusia, Connie menantang
agar Israel juga diberi sanksi untuk produk – produk unggulannya.

Seperti teknologi, permesinan, produk petroleum, produk
keuangan, perbankan, asuransi,
hingga barang – barang mewah
buatan negeri zionis tersebut.

“Tapi sampai sekarang, tidak ada
produk-produk tersebut yang di-
banned.

Malah maunya menghapuskan Israel
dari muka bumi, itu bukan menciptakan perdamaian, malah
bikin masalah baru,” ucapnya.
Dalam diskusi bersama Akbar Faisal
dan pengamat Timur Tengah, Hasibullah Satrawi, Connie melihat bahwa dunia internasional seperti
setengah-setengah.

Dalam hal menyikapi perkembangan konflik antara Israel dengan Palestina dan Lebanon.
“Uni Eropa tidak konsisten, berubah – ubah. Libanon adalah
jajahan Perancis, tapi diam saja, tidak terlihat membatasi
ruang gerak terorisme Hizbullah di
Libanon.

Sedangkan Inggris juga sama.
Padahal keberadaan negara Israel di wilayah itu adalah akibat dari perjanjian antara Inggris dan
Perancis,” katanya.

Terkait posisi Indonesia di konflik Israel, menurutnya
akan sulit karena Indonesia tidak punya hubungan diplomatik
wajar bila ada kesulitan
berdiplomasi dengan Israel.

“Dikiranya kalau punya
hubungan diplomatik itu kita akan berbaik- dengan Israel? tentu tidak,” ujarnya.

Lantaran tidak ada hubungan diplomatik itulah, jadinya juga
tergantung pada negara lain untuk
berkomunikasi dengan Israel.
Biayanya juga lebih mahal. “Indonesia tidak punya cukup
tenaga,” ucapnya.

(WH/Red)

banner-panjang

Baca Juga

Berita Terkait